TAHAPAN-TAHAPAN PENELITIAN KUALITATIF
A. Pendahuluan
Praktik penelitian kualitatif dapat dilaksanakan dengan baik, maka, kita dapat belajar dari tahapan-tahapan yang harus dilalui. Tahapan-tahapan penelitian setiap langkahnya mencerminkan sisi operasional dan memuat sisi metodologi dan substansif yang harus dipatuhi. Oleh karena itu, beberapa pakar penelitian kualitatif secara akademis senantiasa berbeda mengungkapkan langkah penelitiannya. Ada yang mengembangkan dari sisi substansi dan ada juga yang menjabarkannya dari sisi logistik operasional.
Dari sisi logistik operasional, para pakar menjabarkannya mulai dari sebelum memasuki lapangan, di lapangan dan setelah selesai di lapangan secara pragmentaris. Dari sisi substansi dan proses berpikir secara rasional, dimulai dari menentukan masalah apa yang akan menjadi kajian, identifikasi masalah, pembatasan masalah, fokus masalah, pelaksanaan penelitian, pengolahan dan pemaknaan data, pemunculan teori, dan pelaporan hasil penelitian.
B. Tahapan Penelitian Kualitatif
Pada bagian pendahuluan dikemukakan bahwa banyak ahli mengumukakan tahapan penelitian secara berbeda-beda. Namun setidaknya dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu yang mengemukakah berdasarkan langkah fisik (operasional lapangan/ pragmentaris) yang ditempuh dan berdasarkan langkah kerja pikir (kerangka pikir/ paradigma) penelitian kualitatif. Kelompok yang mengemukakan langkah penelitian dari sisi operasional fisik adalah Bogdan dan Loflan dan Lofland. Sedangkan Creswell, Miles dan Huberman, Mahamit, Morce, Kirk dan Miller mengembangkan berdasarkan paradigma/ kerangka pikir.
1. Bodgan (1972) menyajikan tiga tahapan yaitu:
a. pra-lapangan
b. lapangan
c. analisis intensif;
2. Kirk dan Miller (1986) menyatakan ada empat tahapan yaitu:
a. Invensi
b. temuan
c. penafsiran
d. eksplanasi
3. Loflan dan Lofland (1984) mengajukan sebelas aspek yaitu:
a. Mulai dari tempat anda berada
b. Menilai latar penelitian
c. Masuk lapangan
d. Bersama lapangan
e. Mencatat dengan hati-hati (logging data)
f. Memikirkan tentang satuan
g. Mengajukan pertanyaan
h. Menjadi tertarik
i. Mengembangkan analisis
j. Menulis laporan
k. Membimbing bakat
4. Creswell (1984), menyebutkan bahwa tahapan atau prosedur dalam pendekatan kualitatif meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. The Assumptions Of Qualitative Designs
b. The Type of Design
c. The Researcher’s Role
d. The Data Collection Procedures
e. Data Recording Procedures
f. Data Analysis Procedures
g. Verification Steps
h. The Qualitative Narrative
5. Miles dan Huberman (Tjetjep Rehendi R, 1992), tahap-tahapan penelitian kualitatif itu meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membangun Kerangka Konseptual
b. Merumuskan Permasalahan Penelitian
c. Pemilihan Sampel dan Pembatasan Penelitian
d. Instrumentasi
e. Pengumpulan Data
f. Analisis Data
g. Matriks dan Pengujian Kesimpulan
6. Mahamit (2006) tahapan penelitian kualitatif meliputu;
a. Menentukan permasalahan
b. Melakukan studi literatur
c. Penetapan lokasi
d. Studi pendahuluan
e. Penetapan metode pengumpulan data; observasi, wawancara, dokumen, diskusi terarah.
f. Analisis data selama penelitian
g. A nalisis data setelah; validasi dan reliabilitas
h. Hasil; cerita, personal, deskrifsi tebal, naratif, dapat dibantu table frekuensi
7. Morce (1994:220) membagi kedalam tahapan berikut.
a. The Stage of Reflection
1) identifying the topik
2) identifying paradigmatik perspectives
b. The Stage of planning
1) selecting a site
2) selecting a strategy
3) methodological triangulation
4) investigator preparation
5) creating and refining the research question
6) writing the proposal
c. The stage of Entry
1) sampling
2) interview techniques
d. The Stage of Productive Data Collection
1) the audit trail
2) verification
e. The Stage of Withdrawal
f. The Stage of Writing
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, penulis coba elaborasi tahap tahap penelitian kualitatif itu menjadi langkah-langkah sebagai berikut.
Memilih Topik Kajian
Menentukan topik dengan mengkaji paradigma dan fenomena empirik
Menentukan fokus inquiri
Menentukan unit analisis/ kategori, sub unit analisis/ sub-kategori
Mengembangkan pertanyaan inquiri
Instrumentasi
Menentukan teknik pengumpulan data
Memilih informan dari tiap unit analisis
Menyiapkan instrumen pedoman observasi/ partisipasi/ wawancara/ studi dokumentasi
Pelaksanaan Penelitian
Pengurusan izin
Menemukan gate keeper
Observasi partisipasi, wawancara, studi dokumen, triangulasi
Mempersiapkan Catatan lapangan, FGD
Pengolahan Data
Reduksi data
Display
Analisis
Hasil Penelitian
Kesimpulan, implikasi, rekomendasi
Secara operasional pragmentaris dapat diilustrasikan dalam gambar berikut ini.
Telaah Paradigma BaruKaji isu-isu Empirik
1
Tetapkan Topik
2 Tidak
4 Kaji Literatur 3 Tetap dan Verifikasi lokasi 4
Kembangkan Kategori/sub-kategari (unit analisis/sub-unit analisis)
5 Ya
Kembangkan Instrumen
Nara sumber
Teknik
6
7 Triangulasi 8
9
Triangulasi
Catat lapangan
FGD
Deskripsi, Pembahasan dan Kesimpulan
10
Periksa Keabsahan Data
11
Laporan Penelitian
12
GAMBAR: langkah-langkah penelitian Kualitatif
1. Memilih Topik Kajian
Langkah pertama penelitian kualitatif secara formal adalah merancang penelitian. Menurut Moloeng (2007:385) rancangan penelitian diartikan sebagai usaha merencanakan dan menentukan segala kemungkinan dan perlengkapan yang diperlukan dalam suatu penelitian kualitatif. Kegiatan perencanaan penelitian kualitatif mencakup komponen-komponen penelitian yang diperlukan walaupun masih bersifat tentatif yang meliputi: fokus penelitian, pengumpulan data, analisis data, perlengkapan penelitian, dan pemeriksaan keabsahan data, penentuan teknik penelitian.
Merancang penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Ada yang beranggapan bahwa membuat desain secara pasti pada penelitian kualitatif bak dukun yang mampu meramal masa depan. Rancangan penelitian kualitatif bersifat “emergent” dan bahkan tidak memiliki format yang baku, karena rancangan adaptif dengan kondisi temuan di lapangan. Namun untuk kepentingan formal akademik seperti pada penelitian tesis/ disertasi yang perlu menempuh bimbingan dan tahapan formal akademik, peneliti dapat membuat desain secara tentative tanpa mengurangi kesungguhan dan keseriusan peneliti. Peneliti perlu meyakinkan apa yang akan diungkap dan bagaimana mengungkapkannya bertitik tolak pada paradigma yang sedang berkembang dan dari isu-isu penting yang terjadi sebagai fenomena baru lapangan. Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2007:93) bahwa penentuan masalah bergantung kepada paradigma apakah yang dianut oleh seorang peneliti. Jadi penelitian kualitatif dilakukan berdasarkan persepsi seorang peneliti terhadap adanya masalah karena ia tahu paradigma yang sedang berkembang dan memiliki informasi awal mengenai praktik yang dilakukan di lapangan. Agar selaras dengan prinsip bahwa kualitatif tidak didesain secara pasti di awal kegiatan, maka bahasa yang tepat dalam langkah awal penelitian bukanlah mendesain penelitian yang memiliki interpretasi bahwa suatu desain adalah suatu ketetapan rancangan seperti pastinya penelitian kuantitatif denga indicator yang akan diteliti. Maka langkah awal penelitian kualitatif adalah memilih topik. Dikatakan memilih topik karena peneliti belum yakin akan kepastian menemukan topik ini relevan diteliti sesuai kondisi lapangan. Penelitian kualitatif dimulai saat peneliti menemukan topik untuk dijadikan kajian. Kalau peneliti kualitatif belum memiliki topik untuk dijadikan fokus inquiri. Peneliti bisa mulai dengan memikirkan apa yang menarik untuk dipelajari.
Operasionalisasinya bisa berangkat dari paradigma yang sedang berkembang, isu yang sedang hangat dibicarakan, prestasi yang prestisius suatu lembaga, kebijakan yang sedang digulirkan pemerintah. Dengan demikian, topik disa berangkat dari paradigma teoritik dan dari fenomena empirik. Misalnya saat ini paradigma pendidikan yang sedang berkembang adalah:
a. Desentralisasi pendidikan,
b. Good governance penyelenggaraan pendidikan,
c. e-learning dalam pembelajaran, dan lain-lain.
Fenomena empirik yang sedang berkembang dan menarik untuk ditelusuri misalnya:
a. Sekolah Efektif, home schooling, SBI, SSN,
b. Kepemimpinan berbasis nilai, budaya sekolah,
c. Sertifikasi, Akreditasi,
d. Kebijakan anggaran, kebijakan pendidik dan tenaga kependidikan, BHP,
e. Implementasi learning organization, implementasi knowledge management, masterplan pendidikan, renstra pendidikan, dll.
Menentukan topik kajian secara empirik dapat berangkat dari permasalahan dalam lingkup peristiwa yang sedang terus berlangsung dan bisa diamati serta diverifikasi secara nyata pada saat berlangsungnya penelitian. Peristiwa-peristiwa yang diamati dalam konteks kegiatan orang-orang/organisasi dapat menjadi inspirasi menemukan topik yang akan dikaji.
Ketetapan suatu topik dapat dielaborasi dalam bentuk judul penelitian misalnya:
a. Topik perencanaan dan kebijakan pendidikan:
1) analisis Kebijakan desentralisasi pendidikan; perumusan, Implementasi, dan evaluasi pada Kantor Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
2) studi Perencanaan Pendidikan Model Forcasting dalam Perencanaan Sekolah Dasar Di Kantor Dinas Kota Bandung.
3) pengembangan model perencanaan strategik dalam penetapan faktor kuncikeberhasilan pendidikan.
b. Topik pembiayaan/ekonomi pendidikan:
1) studi model pembiayaan sekolah swasta unggul
2) analysis unit cost untuk pendidikan berkualitas
3) implementasi model biaya berbasis spek ( specification of the underiying cost models ) untuk meningkatkan efektifitas anggaran.
4) Model biaya berbasis kegiatan dan kinerja ( activity based costing atau performance based ) untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
5) mengembangkan model pembiayaan pendidikan nasional dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan
c. Topik Manajemen:
1) manajemen anti korupsi pada sekolah standar nasional
2) mengembangkan model sekolah berbasis kemasyarakatan
3) implementasi knowledge management berbasis ICT dalam konteks learning organization
4) mengembangkan sekolah bermutu
5) transformasi UPI BHMN: fokus, strategi, dan tantangan.
d. Topik Kepemimpinan:
1) kepemimpinan pendidikan interpreneur kepala sekolah untuk meningkatkan meningkatkan benefiditas dan kualitas sekolah
2) modal pendekatan inquiri dalam pengembangan nilai-nilai kepemimpinan kepala sekolah
3) kepemimpinan transformasional
2. Menentukan Fokus Inquiri
Setelah peneliti mempunyai topik untuk diteliti, maka peneliti harus mulai konsentrasi untuk menentukan fokus penelitiannya. Misalnya, topik yang dipilih adalah kepemimpinan. Kaji secara mendalam paradigm kepemimpinan yang berkembang saat ini dan isu-isu kepemimpinan yang sedang hangat diperbincangkan orang. Paradigm desentralisasi dengan penerapan MBS pada sekolah menginginkan perilaku kepemimpinan mandiri yang mampu menentukan masa depan. Oleh karena itu, peneliti bisa fokus pada kepemimpinan Visioner kepala sekolah sebagai fokus inquiri. Atau yang dijadikan topik justru kepemimpinan Visioner itu sendiri, maka peneliti dapat memfokuskan pada penciptaan visi kepemimpinan kepala sekolah.
3. Lakukan Survei Pendahuluan
Pemastian bahwa fokus inquiri ini ada lapangannya, peneliti melakukan survey pendahuluan. Lapangan yang dikunjungi harus sesuai dengan permasaahan yang diangkat dalam penelitian. Oleh sebab itu, setelah peneliti menentukan fokus, maka dipilih lokasi penelitian yang digunakan sebagai sumber data, dengan mengasumsikan bahwa dalam penelitian kualitatif, jumlah (informan) tidak terlalu berpengaruh pada konteks. Peneliti dapat menghubungi Praktisi yang dikenal yang dapat merekomendasikan tempat yang tepat atau secara formal dapat menghubungi pihak yang berhubungan langsung dengan lapangan misalnya Dinas Pendidikan.
Maksud dan tujuan dilakukannya survey pendahuluan adalah memastikan bahwa topik inquiri ada data lapangannyadan setelah melakukan penjajakan, peneliti dapat mengenal dan menilai feasibilitas lapangan dari sisi keadaan, situasi, latar, dan konteksnyasehinga peneliti dapat mempersiapkan diri, mental maupun fisik, serta menyiapkan perlengkapan yang diperlukan. Kegiatan awal dilapangan adalah mencari informasi tentang keberadaan topik kita dan apa yang menarik diungkap lebih lanjut yang akan dijadikan pengembangan kategori subkategori. Menentukan informan yang tepat untuk aktifitas ini adalah dengan mengetahui gatekeeper. Manajer sekolah adalah kuncinya.
Penelitian kualitatif memiliki kaidah-kaidah yang harus dipatuhi dan langkah kerja yang akan divalidasi melalui “audit tail”. Disamping harus menempatkan diri sebagai peneliti dengan menerapkan kaidah penelitian. Penelitian ditempat sendiri dapat diterima apabila penelitian tersebut tidak bersifat evaluasi misalnya menilai evektifitas kinerja system pelayanan akademik dosen, produktifitas kerja UPI, dan sebagainya. Sebaliknya penelitian yang bersifat merekonstruksi dan mengembangkan suatu paradigama baru dapat dilakukan di tempat sendiri.
4. Kaji Literatur
Bersamaan dengan survey pedahuluan, peneliti dapat mengkaji literatur untuk mendapat inspirasi secara teoritik/konsep dari fokus yang ditelaah untuk menentukan kategori subkategori atau unit analisi sub unit analisis. Kajian literatur dalam posisi penelitian kualitatif tidak dibuat untuk dijadikan rujukanpenelitian akan tetapi dibuat untuk membantu peneliti saat mengumpulkan data sehingga tidak banyak waktu yang terbuang karena terlalu menelusuri daerah yang tidak ada hubungannya dengan penelitian. Pemahaman akan teori menjadi modal tersendiri bagi peneliti, sehingga penelitian tidak terlalu dimulai dari nol karena penelitian kualitatif kuncinya tetap berada pada data dilapangan, sehingga yang perlu diperhatikan, dapahami, dan disadari ialah jangan terlalu berpegangan teguh pada acuan teori melainkan dibiarkan berkembang pada pengumpulan data.
Pustaka yang penting untuk diperhatikan oleh seorang peneliti yaitu berupa: jurnal professional, undang-undang, kebijakan-kebijakan, peraturan-peraturan, laporan, risalah, dan buku-buku sekolah, dokumen pemerintah, disertasi, dan sumber elektronik, serta hasil penelitian sebelumnya dan teori yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Menurut James H Mc. Millan, langkah-langkah dalam melakukan tinjauan pustaka adalah:
1. Menganalisis pernyataan masalah, yang terdiri dari konsep yang mengindikasikan topik dalam pencarian literatur.
2. Menemukan dan membaca literatur kedua, yang memberikan ringkasan mengenai topik dan membantu peneliti dalam menetapkan masalah.
3. Memilih indeks yang tepat sebagaipedoman yang berguna atau database, tergantung dari tujuan dan ruang lingkup ikhtisar untukmenemukan literature utama.
4. Mengubah pernyataan masalah menjadi bahasa pencari, konsep atau kategori dikombinasikan dengan pengertian yang ada di dalam kamus atau indeks untuk menemukan literatur yang diinginkan.
5. Membaca literature utama, peneliti menulis secara singkat analisis terhadap setiap sumberutama dan kutipan bibliografi yang berhubungan dengan masalah.
6. Menata catatan, penataan catatan atas study empiris dapat dilakukan dengan cara mengklasifikasikan menurut: kategori, sub kategori, secara historis, menurut hasil yang sama, atau metodologi yang digunakan.
7. Menulis tinjauan, meliputi kutipan terhadap penelitian, teori, dan praktek yang berhubungan dengan pernyataan masalah, seperti: dasar, aplikasi, atau evaluasi penelitian.
5. Kembangkan Kategori Sub Kategori/Unit Analisis Sub Unit Analisis
Fokus inquiri hasil dari justifikasi lapangan, selanjutnya dikembangkan kategori sub kategorinya. Pengembangan ini sesuai dengan struktur yang dibangun atas bantuan pemahaman teoritik/konseptual hasil kajian literatur untuk menjadi wadah dihimpunnya data lapangan. Memahami kategori atau unit analisis adalah mengetahui bagian-bagian apa yang akan diungkap, siapa yang dapat mengungkapkannya. Dengan menentukan kategori dan sub kategori, memudahkan peneliti dalam menentukan batas-batas yang harus dieksplorasi di lapangan dan penelitian akan lebih terfokus.
Contoh kategori dan sub kategori dapat ditelaah dari substansi yang akan diteliti:
Topik
Fokus
Kategori
Sub Kategori
Kepemimpinan
Bagaimana kepemimpinan visioner dilaksanakan untuk terwujudnya manajemen perubahan yang efektif?
Kepemimpinan visioner
Penciptaan visi
Perumusan visi
Implementasi visi
Manajemen perubahan
Struktur
Orang
Teknologi
Sarana prasarana
6. Kembangkan Instrumen
Instrumen penelitian kualitatif adalah “human instrument” atau manusia sebagai informan maupun yang mencari data dan instrumen utamapenelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri sebagai pengumpul data (instrumen). Peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan informasi dengan terlebih dahulu sudah memiliki pedoman yang akan dijadikan alat bantu mengumpulkan data. Pedoman tersebut dikembangkan dari kategori/sub kategori yang akan dicari data lapangannya dengan menggunakan teknik berupa kegiatan: observasi, partisipasi, studi dokumen, wawancara.
Ø Observasi
Observasi yaitu teknik mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap subyek dimana sehari-hari mereka berada dan biasa melakukan aktivitasnya.
Ø Partisipasi
Partisipasi merupakan teknik observasi, namun ditegaskan pada partisipasi adalah keterlibatan langsung.
Ø Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara dialog langsung dengan sumber data, dan dilakukan secara tak berstruktur, dimana responden mendapatkan kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan pikiran, pandangan, dan perasaan secara natural.
Ø Studi Dokumentasi
Selain sumber manusia melalui observasi dan wawancara sumber lainnya sebagai pendukung yaitu dokumen-dokumen tertulis yang resmi ataupun tidak resmi.
1. Kumpulkan Data
a. Masuk Lapangan
Agar peneliti dapat memperoleh data yang diinginkan, sebaiknya ia harus mempersiapkan diri secara fisik, psikologi, maupun mental. Secara fisik peneliti mempersiapkan diri sisi kelengkapan penelitian mulai dari perizinan sampai kelengkapan alat-alat bantu seperti alat tulis, radio, dll. Secara psikologis maupun mental peneliti mempersiapkan diri untuk masuk ke lapangan dengan menata sikap agar tidak bertentangan dengan lapangan.
b. Berada di Lapangan
Dalam mengumpulkan data peneliti akan berhubungan dengan masyarakat secara langsung. Oleh sebab itu, untuk dapat sukses berada di lapangan, peneliti selain memahami teknik penelitian juga memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang dilandasi oleh sikap dan perilakunya yang baik dan menyenangkan.
Kirk dan Miller dalam Moleong (2007: 131) merumuskan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti saat berada di lapangan, adalah:
1) Pemahaman atas petunjuk dan cara hidup
Berupaya memahami sistem kebudayaan dengan mengadakan kontak pada mayarakat sehingga dapat memahami cara hidup masyarakat setempat atau lokasi penelitian.
2) Memahami pandangan hidup
Pada saat peneliti berbaur dengan masyarakat setempat, maka peneliti akan berhadapan dengan pandangan hidup masyarakat, sebaiknya peneliti menggali pandangan hidup tersebut.
3) Penyesuaian diri dengan keadaan lingkungan tempat penelitian
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti harus mampu membina hubungan baik dengan masyarakat sehingga tidak terjadi rintangan dan tantangan yang muncul dari “maladjusted”, ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan hal yang pertama dilakukan adalah menata penampilan dan menyesuaikannya dengan kebiasaan dan budaya latar penelitian.
Langkah selanjutnya adalah membenahi cara berkomunikasi dan menjalin komunikasi simpatik dan emphatic dengan masyarakat lapangan. Berkomunikasi tidak lepas dari cara bertutur yang sopan dan jelas yang dapat diterima oleh komunikasi secara etik maupun secara substantif.
c. Memilih dan Memanfaatkan Informan
Informan adalah orang-dalam pada latar penelitian. Fungsinya untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Seorang informan harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian dan menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Sebagai anggota tim ia dapat memberikan pandangan dari segi orang-dalam tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses, dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian tersebut. Seorang informan harus jujur, taat pada janji, patuhpada peraturan, suka berbicara, dan sebagainya.
Bagi peneliti, informan adalah orang yang membantu agar dapat menyatu dengan masyarakat setempat, terutama bagi peneliti yang belum begitu mengenal system kehidupan dan kebudayaan setempat. Disamping itu manfaat informan bagi peneliti ialah agar dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjaring, jadi sebagai sampling internal, karena informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan ari subjek lainnya.
Untuk menemukan informan dapat dilakukan melalui:
- · Keterangan orang yang berwewenang baik secara formal (pemerintah) maupun secara informal (tokoh masyarakat).
Wawancara pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
d. Triangulasi
Tujuan berada di lapangan adalah untuk mengeksplorasi data/ informasi, sehingga diperlukan kaidah- kaidah unmtuk mendapatkan informasi yang banyak dan akurat. Disamping itu, informasi yang diperoleh harus memenuhi syarat objektivitas sehingga peneliti harus melakukan triangulasi dalam mendapat/ menggali informasi. Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Praktik triangulasi tergambar dari kegiatan peneliti yang bertanya pada informan A dan mengklarifikasinya dengan informan B serta mengeksplorasinya pada informan C. Misalnya, wawancara dengan guru A tentang tipe kepemimpinan Kepala Sekolah, dikonfirmasi kepada kepala sekolah atau ke guru lain lalu ke guru lainnya lagi atau ke tata usaha, siswa, ke masyarakat sehingga diperoleh data yang relative sama atau tak ada lagi data/ informasi baru yang diperoleh.
e. Mencatat Data / Informasi Lapangan
saat berada di lapangan, peneliti mencari data denagn menggunakan berbagai teknik sesuai tujuan dan jenis data yang diungkap. Teknik yang digunakan berupa wawancara, partisipasi aktif, observasi, studi dokumen. Selama melaksanakan teknik tersebut, peneliti harus membuat catatan agar informasi tidak terlupakan dan terabaikan untuk direkam. Isi catatan lapangan inimenjadi bahan utama peneliti menganalisis lapangan. Biasanya catatan lapangan itu dibuat dalam bentuk kata- kata kunci, singkatan, symbol yang dipahami peneliti, pokok- pokok utama saja, kemudian dilengkapi dan disempurnakan segera setelah selesai satu sesi melaksanakan teknik pengumpulan data.
Peneliti sebaiknya mempunyai buku catatan khusus untuk mencatat dan menanyakan makna tertentu dari makna yang didengarnya apabila tidak mengerti atau untuk menghindari ketidaklengkapan penjelasan karena peneliti sifat lupa yang dimiliki peneliti. Peneliti juga dapat mencatat kata-kata yang tidak dimengerti tetapi pengertiannya terdapat dalam kamus. Apabila subjek tidak berkeberatan, peneliti dapat menggunakan alat perekam seperti tape recorder dan video tape recorder untuk merekam wawancara sehingga terhindar dari terlewatnya data karena sifat lupa peneliti.
Pada dasarnya peneliti tidak dapat melakukan dua pekerjaan sekaligus. Beberapa petunjuk tentang cara mengingat data seperti yang dikemukakan oleh Bogdan (1972: 41-42) sebagai berikut:
1) buatlah catatan secepatnya,jangan menunda –nunda pekerjaan.
2) Jangan berbicara denagn orang lain terlebih dahulu tentang hasil pengamatan sebelum peneliti menuangkan ke dalam catatan lapangan.
3) Usahakan agar tidak terjadi gangguan sewaktu peneliti menulis, mengetik atau mendengarkan serta menyalin hasil rekaman dari perekam kaset.
4) Usahakan untuk menggambar dalam diagram keadaan fisik yang diamati atau struktur organisasi yang ditemui, dituliskan secara urut peristiwa langkah demi langkah sesuai dengan apa yang terjadi sewaktu diamati.
5) Butlah garis besar yang berisi judul- judul tentang sesuatau yang ditemui dalam pengamatan atau wawancara yang cukup lama dilakukan.
6) Dalam jadwal yang disususn hendaknya disisakan banyak waktu sesudah pengamatan atau wawancara yang dipergunakan untuk menulis catatan lapangan.
7) Mencatata apa yang dikatakan oleh subyek secara verbatim hendaknya dilakukan secara teliti, namun jika ada yang terlupa, hal itu jangan di pusingkan. Atasi hal itu dengan jalan menuliskan.
8) Sering apa yang dilakukan atau yang diamati terlupakan sesudah beberapa hari berlalu, jika teringat segera catat lagi untuk kemudian dimasukkan kembali dalam catatan lapangan. Oleh karena itu, pada setiap saat serta dimanapun berada hendaknya senantiasa membawa catatan.
Oleh karena itu, pada setiap saat serta dimanapun berada hendaknya senantiasa membawa senjata, yaitu buku catatan. Membuat catatan lapangan menjadi indicator peneliti yang teliti/ cermat dengan langkah penelitian dan substansi yang ada di dalamnya.
f. focus Group Discussion
Perolehan data lapangan yang akurat, tidak salah menulis, tidak salah redaksi, tidak salah memaknai, peneliti dapat melakukan focus group discussion dengan mengundang para informan kunci untuk mendiskusiakn beberapa konsep yang berkaitan dengan data yang diungkap atau dapat juga menjawab beberapa pertanyyaan peneklitian. Pada kegiatan ini dimungkinlan adanya redaksi informasi ataupun klarifikasi langkah kerja.
2. Pengolahan Data
a. Reduksi data
Pertama- tama dilakukan identifikasi terhadap unit/ bagian terkecil dalam suatu data yang memiliki makna bila dikaitkan denag focus dan masalah penelitian. Setelah ditemukan bagian terkecil dalam data tersebut kemudian dilakukan pengkodean terhadap setiap unit tersebut dengan tujuan agar unit tersebut dapat ditelusuri sumber asalnya.
Operasionalisasi reduksi data dapat ditelusuri denagn memperklakukan data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan hal- hal yang penting. Data hasil mengihtisarakan dan memilah- milah berdasarkan satuan konsep, tema, dan kategori tertentu akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data sebagai tambahan atas dta sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan.
b. Display data
Bagian- bagian data yang memilki kesamaaan dipilah dan diberi label (nama). Operasionalisasi mengkategorikan data dengan cara data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat pola- pola hubungan satu data dengan data lainnya. Setiap kategori yang ada dicari kaitannya kemudian diberi label (nama).
c. Analisis data
analisis data adalah suatu fase penelitian kualitatif yang sangat penting karena malalui analisis data inilah peneliti dapat memperoleh wujud dari penelitian yang dilakukannya. Analisis adalah suatu upaya mengurai menjadi bagian (decomposition), sehingga susunan / tatanan bentuk sesuatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya bias secara lebih terang ditangkap maknanya atau dengan lebih jernih dimengerti duduk perkaranya. Pekerjaan menganalisis adlah suatau aktifitas yang tidak akan sama bentuk dan langkahnya antara satu orang dengan yang lainnya. Namun demikian, apabila merujuk pada arti analisis sebagai suatu upaya mengurai menjadi bagian- bagian (decomposition), maka peneliti dapat memeulai analisisnya dari fakta- fakta lapangan yang ditemukan yang disintesakan ke dalam kategori dan sub kategori yang ditetapkan dalam penelitian.
Analisis data lapangan sebaiknya dilakukan sesaat setelah data terkumpul sehingga peneliti terhindar dari salah interpretasi, lupa maksud symbol,atau kode dalam catatan lapangan, lupa konsep dalam konteks situasinya. Apabila peneliti terpaksa harus menangguhkannya karena suatu sebab yang tidak dapat dihindari, analisis data dapat dilakukan sesudah kembali ke rumah tanpa harus menunda waktu sampai esok harinya. Dengan bimbingan dan arah focus penelitian, peneliti mulai memeilah- milah data yang sesuai ditempatkan pada tiap kategoriatau sub kategori dan mana yang tidak cocok tetapi berguna bagi pengembangan ilmu dan menjadi praktik terbaik serta datanya mencukupi, maka peneliti dapat menambahkannya pada kategori baru. Untuk kepentingan tersistematikakannya data dan pemikiran, ditempuhlangkah yang dapat menuntun peneliti kea rah analisis. Hal ini karena untuk menganalisis data ragam cara dapat ditempuh dan tidak manunjukkan bentuk yang baku.
Contoh analisis data yang dipergunakan seperti model Content Analisis, yang mencakup kegiatan klarifikasi lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi, menggunakan criteria dalam klarifikasi, menggunakan teknik analisis dalam memprediksiskan. Adapun kegiatan yang dijalankan dalam proses analisis ini meliputi : (1) menetapkan lambang- lambing tertentu, (2) klasifikasi data berdasarkan lambang / symbol dan, (3) melakukan prediksi atas data.
Gambar 5.2
Gambar 5.2
Analysis Content (Burhan Bungin :2003)
3. Mendiskripsikan dan Membahas Hasil Penelitian
a. Mendiskripsikan Hasil Penelitian
Pengolahan data penelitian merupakan proses berharga yang menghasilkan temuan- temuan penellitian yang bermakna. Kebermaknaan hasilnya dapat dituangkan dalam deskripsi yang terstruktur dengan baik dan memiliki tingkat literacy tinggi yang memudahkan orang mencerna, memahami,dan dapat merekonstruksinya pada seting tempat berbeda dengan karakteristik yang relative lama. Mendiskripsikan hasil penelitian adalah menjelaskan pertanyaan penelitian sesuai data yang diperoleh di lapangan.
Mendiskripsikan penelitian kualitatif mencoba menarasikan hasil pengolahan data dengan menyajikan informasi dalam bentuk teks tertulis atau bentuk- bentuk gambar mati atau hidup seperti foto dan video dan lain- lain. Dalam menarasikan data kualitatif ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu; (a) tentukan bentuk (form) yang akan digunakan dalam menarasikan data.(b) hubyngkan bagaimana hasil yang berbentuk narasi itu menunjukkan tipe/ bentuk keluaran yang sudah di desain sebelumnya, dan .(c) jelaskan bagaimana keluaran yang berupa narasi itu mengkomparasikan antara teori dan literasi – literasi lainnya yang mendukung topic.
b. Membahas Hasil Penelitian
pembahasan hasil penelitian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari analisis data kualitatif. Hasil analisis data kualitatif yang memiliki kandungan empirical knowledge (perspektif emic) yang tinngi ditelaah secara keseluruhan maupun bagian- bagiannya yang tiap bagian didiskusikan dengan memberi forsi yang lebih besar pada perspektif etik yang dimiliki peneliti karena keluasan rational knowledge, authoritative knowledge, intuitive knowledge, revealed knowledge. Dalam membahashasil penelitian, secara struktur yang nampak dalam narasi lebih banyak melibatkan rational knowledge dan substansinya banyak diulas dari perspektif pengetahuan yang dimilki peneliti yang bersumber dari pengalaman, keahlian/ profesi, dan pandangannya atas keyakinan hidupnya.
4. Kesimpulan
Dari kegiatan-kegiatan sebekumnya, langkah selanjutnya adalah menyimpulkan data- data yang sudah diproses atau ditransfer kedalam bentuk- bentuk yang sesuai dengan pola pemecahan permasalahan yang dilakukan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif menjadi sari pati jawaban rumusan masalah dan isinya merupakan kristalisasi data lapangan yang berharga bagi praktik dan pengembangan ilmu. Kesimpulan merupakan temuan yang sebelumnya belum pernah ada yang dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang- remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal, hipotesis, konsep atau teori.
Pada bagian kesimpulan peneliti hanya merangkumkan pokok- pokok yang menarik saja karena hal- hal yang muncul pada bagian ini secara eksploratif sudah muncul pada bagian isi. Terasa aneh jika peneliti mengambil kesimpulan yang tidak pernah muncul pada bab sebelumnya. Dari mana asalnya dan jalannya kemana bisa sampai kepada kesimpulna tersebut.
5. Keabsahan Penelitian
Peningkatan keabsahan hasil penelitian, peneliti dapat melakukan cek dan ricek serta croscek pada prosedur penelitian yang sudah ditempuh, serta telaah terhadap substansi penelitian. Keabsahan suatu penelitian kualitatif tergantung pada kepercayaan akan Kredibilitas, Transferabilitas, Dependabilitas dan Conformabilitas.
a. Kredibilitas (Validitas Internal)
Keabsahan atas hasil- hasil penelitian dilkukan melalui:
1) meningkatkan kualitas keterlibatan peneliti dalam kegiatan dilapangan;
2) pengamatan secara terus menerus;
3) trianggulasi, baik metode, dan sumber untuk mencek kebenaran data dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain, dilakukan, untuk mempertajam tilikan kita terhadap hubungan sejumlah data;
4) pelibatan teman sejawat untuk berdiskusi, memberikan masukan dan kritik dalam proses penelitian;
5) menggunakan bahan referensi untuk meningkatkan nilai ke[ercayaaan akan kebenaran data yang diperoleh, dalam bentuk rekaman, tulisan, copy-an, dll;
6) membercheck, pengecekan terhadap hasil- hasil yang diperoleh guna perbaikan dan tambahan dengan kemungkinan kekeliruan atau kesalahan dalam memberikan data yang dibutuhkan peneliti.
b. Transferabilitas
Bahwa hasil penelitian yang didapatkan dapat diaplikasikan oleh pemakai penelitian, penelitian ini memperoleh tingkat yang tinggi bila para pembaca laporan memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan focus penelitian.
c. Dependabilitas dan Conformabilitas
Dilakukan dengan audit trail berupa komunikasi denagn pembimbing dan dengan pakar lain dalam bidangnya guna membicarakan permasalahan- permasalahan yang dihadapi dalam penelitian berkaitan dengan data yang harus dikumpulkan.
6. Laporan Hasil Penelitian
Laporan hasil penelitian meruapakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan penelitian. Bagaimana orang bisa tahu rancangan, proses dan hasil serta abasah atau tidaknya penelitian kalau tidak dibuat laporannya. Laporan harus segera dibuat agar konteks dan isinya masih mudah dicerna dan peneliti masih semangat unrtuk menulisnya. Sedangkan apabila peneliti menunda- nunda penulisan laporan mungkin saja akan membuat peneliti menjadi lupa dan boleh jadi masalhnya pun sudah berkurang kegunaannya, kurang actual, sehingga berkurang nilai praksis dan pragmatisnya.
Dalam penulisan laporan perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut;(a) kepada siapa laporan diserahkan dan (b) siapa pengguna laporan. Kalau penelitian merupakan bagian dari proyek maka laporannya harus sesuai dengan format yang ditetapkan pemberi proyek. Isi laporan minimal akan mengungkap hasil yang tertulis dalam laporan, sesuai tujuan penelitian atau pengkajian atau mungkin hal lain yang tidak di perkirakan sebelumnya. Secara teknis penulisan laporan untuk saaat ini sudah sangat praktiskarena perkembangan teknologi computer mempermudah orang dalam menulis dengan adanya (word processor).
Lincoln dan Guba (1985:365-366) menyebutkan ada enam petunjuk yang dapat diikuti didalam penulisan laporan, yaitu:
- Penulisan dilakukan secara informal
Tugas seorang peneliti kualitatif harus memberikan gambaran tentang lapangan penelitian apa adanya dan menurut sudutpandang responden (emic). Dengan gaya penulisan informal ini diharapkan penulis dapat menyajikan gambaran yang nyata dan jelas tentang lapangan penelitian.
- Penulisan tidak bersifat penafsiran
Penulis harus benar- benar menuliskan berdasarkan data yang diperoleh dan bukan merupakan kesimpulan atau evaluasi penulis sendiri. Jika memang kesimpulan atau evaluasi itu harus dikemukakan oleh penulis maka dituliskan kalimat yang diberi tanda khusus.
- Penulis menyadari jangan sampai terlalu banyak data yang dimasukkan.
Penulis hendaknya dapat memilah data yang benar- benar harus dimasukkan kedalam tulisan dan data yang hanya bersifat tambahan yang tidak berpengaruh terhadap penelitian, sehingga laporan yang dibuat tidak terlalu luas dan tidak membingungkan pembaca
- Penulis hendaknya tetap menjaga kerahasiaan.
Bila sumber informasi berkeberatan untuk meyebutkan identitasnya maka penulis harus menjaga kerahasiaannya dengan cara menggunakan nama samaran.
- Penulis hendaknya tetap melaksanakan penjajakan audit.
Auditing bertujuan untuk memeriksa keabsahan data yang diperoleh sehingga laporan yang ditulis benar- benar menggambarkan penelitian yang dilakukan.
- Penulis hendaknya menetapkan batas waktu penyelesaian laporan.
Batas waktu perlu ditetapkan supaya penyelesaian laporan dapat dilakukan sebelum terjadinya perubahan pada lapangan penelitian yang mungkin akan terjadi.